Selasa, 28 April 2009
AKU YANG TAK INGIN ORANG LAIN SEPERTI AKU
Selasa, 14 April 2009
Rasulullah s.a.w. bergaul dengan semua orang. Baginda s.a.w menerima hamba, orang buta, dan anak-anak. Rasulullah s.a.w. bergurau dengan anak kecil, bermain-main dengan mereka, bersenda gurau dengan orang tua. Akan tetapi Rasulullah s.a.w. tidak berkata kecuali yang benar saja.Suatu hari seorang perempuan datang kepada beliau lalu berkata, "Ya Rasulullah! Naikkan saya ke atas unta", katanya."Aku akan naikkan engkau ke atas anak unta", kata Rasulullah s.a.w.. "Ia tidak mampu", kata perempuan itu. "Tidak, aku akan naikkan engkau ke atas anak unta"."Ia tidak mampu".Para sahabat yang berada di situ berkata, "Bukankah unta itu juga anak unta?"Datang seorang perempuan lain, dia memberitahu Rasulullah s.a.w.:"Ya Rasulullah, suamiku jatuh sakit. Dia memanggilmu". "Semoga suamimu yang dalam matanya putih", kata Rasulullah s.a.w. Perempuan itu kembali ke rumahnya. Dan dia pun membuka mata suaminya. Suaminya bertanya dengan keheranan, "Kenapa kamu ini?". "Rasulullah s.a.w. memberitahu bahawa dalam matamu putih", kata isterinya menerangkan. "Bukankah semua mata ada warna putih?" kata suaminya.
Seorang perempuan lain berkata kepada Rasulullah s.a.w.: "Ya Rasulullah, doakanlah kepada Allah s.w.t. agar aku dimasukkan ke dalam syurga". "Wahai ummi fulan, syurga tidak dimasuki oleh orang tua". Perempuan itu lalu menangis. Rasulullah s.a.w. menjelaskan, "Tidakkah kamu membaca firman Allah s.w.t. ini:"Serta kami telah menciptakan isteri-isteri mereka dengan ciptaan istimewa, serta kami jadikan mereka senantiasa perawan (yang tidak pernah disentuh), yang tetap mencintai jodohnya, serta yang sebaya umurnya".Para sahabat Rasulullah s.a.w. suka tertawa tapi iman di dalam hati mereka bagai gunung yang teguh. Na'im adalah seorang sahabat yang paling suka bergurau dan tertawa. Mendengar kata-kata dan melihat gelagatnya, Rasulullah turut tersenyum.
KISAH TELADAN ISLAMI
Tiba-tiba wanita itu mendengar ucapan Abul Hassan lalu ia bertanya, "Apakah katamu hai saudaraku ? Demi Allah aku tetap terbelenggu oleh perasaan dukacita dan luka hati kerana risau, dan seorang pun yang menyekutuinya aku dalam hal ini."
Abu Hassan bertanya, "Bagaimana hal yang merisaukanmu?"
Wanita itu menjawab, "Pada suatu hari ketika suamiku sedang menyembelih kambing korban, dan pada aku mempunyai dua orang anak yang sudah boleh bermain dan yang satu masih menyusu, dan ketika aku bangun untuk membuat makanan, tiba-tiba anakku yang agak besar berkata pada adiknya, "Hai adikku, sukakah aku tunjukkan padamu bagaimana ayah menyembelih kambing ?"
Jawab adiknya, "Baiklah kalau begitu ?"
Lalu disuruh adiknya baring dan disembelihkannya leher adiknya itu. Kemudian dia merasa ketakutan setelah melihat darah memancut keluar dan lari ke bukit yang mana di sana ia dimakan oleh serigala, lalu ayahnya pergi mencari anaknya itu sehingga mati kehausan dan ketika aku letakkan bayiku untuk keluar mencari suamiku, tiba-tiba bayiku merangkak menuju ke periuk yang berisi air panas, ditariknya periuk tersebut dan tumpahlah air panas terkena ke badannya habis melecur kulit badannya. Berita ini terdengar kepada anakku yang telah berkahwin dan tinggal di daerah lain, maka ia jatuh pengsan hingga sampai menuju ajalnya. Dan kini aku tinggal sebatang kara di antara mereka semua."
Lalu Abul Hassan bertanya, "Bagaimanakah kesabaranmu menghadapi semua musibah yang sangat hebat itu ?"
Wanita itu menjawab, "Tiada seorang pun yang dapat membezakan antara sabar dengan mengeluh melainkan ia menemukan di antara keduanya ada jalan yang berzeda. Adapun sabar dengan memperbaiki yang lahir, maka hal itu baik dan terpuji akibatnya. Dan adapun mengeluh, maka orangnya tidak mendapat ganti yakni sia-sia belaka."
Demikianlah cerita di atas, satu cerita yang dapat dijadikan tauladan di mana kesabaran sangat digalakkan oleh agama dan harus dimiliki oleh setiap orang yang mengaku beriman kepada Allah dalam setiap terkena musibah dan dugaan dari Allah. Kerana itu Rasulullah s.a.w bersabda dalam firman Allah dalam sebuah hadith Qudsi,:" Tidak ada balasan bagi hamba-Ku yang Mukmin, jika Aku ambil kekasihnya dari ahli dunia kemudian ia sabar, melainkan syurga baginya."
Begitu juga mengeluh. Perbuatan ini sangat dikutuk oleh agama dan hukumnya haram. Kerana itu Rasulullah s.a.w bersabda,: " Tiga macam daripada tanda kekafiran terhadap Allah, merobek baju, mengeluh dan menghina nasab orang."
Dan sabdanya pula, " Mengeluh itu termasuk kebiasaan Jahiliyyah, dan orang yang mengeluh, jika ia mati sebelum taubat, maka Allah akan memotongnya bagi pakaian dari wap api neraka." (Riwayat oleh Imam Majah)
Semoga kita dijadikan sebagai hamba Tuhan yang sabar dalam menghadapi segala musibah
Selasa, 07 April 2009
Selasa, 16 Januari 07 - oleh : Redaksi
PKS-Kab.Bekasi
OnLine : Rabi’bin Khaitsam adalah seorang pemuda yang terkenal ahli ibadah dan
tidakmau mendekati tempat maksiat sedikit pun. Jika berjalan pandangannyateduh
tertunduk. Meskipun masih muda, kesungguhan Rabi’ dalam beribadahtelah diakui
oleh banyak ulama dan ditulis dalam banyak kitab. ImamAbdurrahman bin Ajlan
meriwayatkan bahwa Rabi’ bin Khaitsam pernahshalat tahajjud dengan membaca surat
Al Jatsiyah. Ketika sampai padaayat keduapuluh satu, ia menangis. Ayat itu
artinya, " Apakahorang-orang yang membuat kejahatan (dosa) itu menyangka bahwa
Kami akanmenjadikan mereka sama dengan orang-orang yang beriman dan
mengerjakanamal yang saleh, yaitu sama antara kehidupan dan kematian mereka.
Amatburuklah apa yang mereka sangka itu! "
Seluruh jiwa Rabi’ larut dalam
penghayatan ayat itu. Kehidupan dankematian orang berbuat maksiat dengan orang
yang mengerjakan amalshaleh itu tidak sama! Rabi’ terus menangis sesenggukan
dalamshalatnya. Ia mengulang-ngulang ayat itu sampai terbit fajar.
Kesalehan
Rabi’ sering dijadikan teladan. Ibu-ibu dan orang tuasering menjadikan Rabi’
sebagai profil pemuda alim yang harus dicontoholeh anak-anak mereka. Memang
selain ahli ibadah, Rabi’ juga ramah.Wajahnya tenang dan murah senyum kepada
sesama.
Namun tidak semua orang suka dengan Rabi’. Ada sekelompok orangahli
maksiat yang tidak suka dengan kezuhudan Rabi’. Sekelompok orangitu ingin
menghancurkan Rabi’. Mereka ingin mempermalukan Rabi’ dalamlembah kenistaan.
Mereka tidak menempuh jalur kekerasan, tapi dengancara yang halus dan licik. Ada
lagi sekelompok orang yang ingin mengujisampai sejauh mana ketangguhan iman
Rabi’.
Dua kelompok orang itu bersekutu. Mereka menyewa seorang wanitayang
sangat cantik rupanya. Warna kulit dan bentuk tubuhnya mempesona.Mereka
memerintahkan wanita itu untuk menggoda Rabi’ agar bisa jatuhdalam lembah
kenistaan. Jika wanita cantik itu bisa menaklukkan Rabi’,maka ia akan
mendapatkan upah yang sangat tinggi, sampai seribu dirham.Wanita itu begitu
bersemangat dan yakin akan bisa membuat Rabi’ taklukpada pesona
kecantikannya.
Tatkala malam datang, rencana jahat itu benar-benar
dilaksanakan.Wanita itu berdandan sesempurna mungkin. Bulu-bulu matanya
dibuatsedemikian lentiknya. Bibirnya merah basah. Ia memilih pakaian suterayang
terindah dan memakai wewangian yang merangsang. Setelah dirasasiap, ia
mendatangi rumah Rabi’ bin Khaitsam. Ia duduk di depan pinturumah menunggu Rabi’
bin Khaitsam datang dari masjid.
Suasana begitu sepi dan lenggang. Tak lama
kemudian Rabi’ datang.Wanita itu sudah siap dengan tipu dayanya. Mula-mula ia
menutupiwajahnya dan keindahan pakaiannya dengan kain hitam. Ia menyapa Rabi’,
"Assalaamu’alaikum, apakah Anda punya setetes air penawar dahaga?"
"Wa’alaikumussalam. Insya Allah ada. Tunggu sebentar." Jawab Rabi’tenang sambil
membuka pintu rumahnya. Ia lalu bergegas ke belakangmengambil air. Sejurus
kemudian ia telah kembali dengan membawasecangkir air dan memberikannya pada
wanita bercadar hitam.
" Bolehkah aku masuk dan duduk sebentar untuk minum.
Aku takterbiasa minum dengan berdiri." Kata wanita itu sambil memegangcangkir.
Rabi’ agak ragu, namun mempersilahkan juga setelah membukajendela dan pintu
lebar-lebar. Wanita itu lalu duduk dan minum. Usaiminum wanita itu berdiri. Ia
beranjak ke pintu dan menutup pintu.Sambil menyandarkan tubuhnya ke daun pintu
ia membuka cadar dan kainhitam yang menutupi tubuhnya. Ia lalu merayu Rabi’
dengankecantikannya.
Rabi’ bin Khaitsam terkejut, namun itu tak berlangsung
lama. Dengantenang dan suara berwibawa ia berkata kepada wanita itu, "
Wahaisaudari, Allah berfirman, " Sesungguhnya Kami telah menciptakan
manusiadalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ketempat
yang serendah-rendahnya. " Allah yang Maha pemurah telahmenciptakan dirimu dalam
bentuk yang terbaik. Apakah setelah itu kauingin Dia melemparkanmu ke tempat
yang paling rendah dan hina, yaituneraka?!
"Saudariku, seandainya saat ini
Allah menurunkan penyakit kustapadamu. Kulit dan tubuhmu penuh borok busuk.
Kecantikanmu hilang.Orang-orang jijik melihatmu. Apakah kau juga masih berani
bertingkahseperti ini ?!
"Saudariku, seandainya saat ini malaikat maut datang
menjemputmu,apakah kau sudah siap? Apakah kau rela pada dirimu sendiri
menghadapAllah dengan keadaanmu seperti ini? Apa yang akan kau katakan
kepadamalakaikat munkar dan nakir di kubur? Apakah kau yakin kau
bisamempertanggungjawabkan apayang kau lakukan saat ini pada Allah di padang
mahsyar kelak?! "
Suara Rabi’ yang mengalir di relung jiwa yang penuh cahaya
iman itumenembus hati dan nurani wanita itu. Mendengar perkataan Rabi’
mukanyamenjadi pucat pasi. Tubuhnya bergetar hebat. Air matanya meleleh.
Ialangsung memakai kembali kain hitam dan cadarnya. Lalu keluar darirumah Rabi’
dipenuhi rasa takut kepada Allah swt. Perkataan Rabi’ ituterus terngiang di
telinganya dan menggedor dinding batinnya, sampaiakhirnya jatuh pingsan di
tengah jalan. Sejak itu ia bertobat danberubah menjadi wanita ahli ibadah.
Orang-orang yang hendak memfitnah dan mempermalukan Rabi’ kagetmendengar
wanita itu bertobat. Mereka mengatakan, " Malaikat apa yangmenemani Rabi’. Kita
ingin menyeret Rabi’ berbuat maksiat dengan wanitacantik itu, ternyata justru
Rabi’ yang membuat wanita itu bertobat! "
Rasa takut kepada Allah yang
tertancap dalam hati wanita itusedemikian dahsyatnya. Berbulan-bulan ia terus
beribadah dan mengibaampunan dan belas kasih Allah swt. Ia tidak memikirkan
apa-apa kecualinasibnya di akhirat. Ia terus shalat, bertasbih, berzikir dan
puasa.Hingga akhirnya wanita itu wafat dalam keadaan sujud menghadap
kiblat.Tubuhnya kurus kering kerontang seperti batang korma terbakar di
tengahpadang pasir.
WANITA
Wanita Sejati bukanlah dilihat dari kecantikan paras wajahnya, tetapi dari kecantikan hati yang ada dibaliknya.Wanita Sejati bukanlah dilihat dari bentuk tubuhnya yang mempesona, tetapi dilihat dari sejauh mana Ia menutupi bentuk tubuhnya.Wanita Sejati bukanlah dilihat dari begitu banyaknya kebaikan yang diberikan, tetapi dari keikhlasannya memberikan kebaikan tersebut.Wanita Sejati bukanlah dilihat dari keahliannya berbahasa, tetapi dilihat dari bagaimana caranya berbicara.Wanita Sejati bukanlah dilihat dari keberaniannya berpakaian, tetapi dilihat dari sejauh mana Ia berani mempertahankan kehormatannya dengan berpakaian Muslimah.Wanita Sejati bukanlah dilihat dari sifat supelnya dalam bergaul, tetapi dilihat dari sejauh mana Ia bisa menjaga kehormatannya dalam bergaul.