Selasa, 07 April 2009

Memuliakan Wanita
Selasa, 16 Januari 07 - oleh : Redaksi
PKS-Kab.Bekasi
OnLine : Rabi’bin Khaitsam adalah seorang pemuda yang terkenal ahli ibadah dan
tidakmau mendekati tempat maksiat sedikit pun. Jika berjalan pandangannyateduh
tertunduk. Meskipun masih muda, kesungguhan Rabi’ dalam beribadahtelah diakui
oleh banyak ulama dan ditulis dalam banyak kitab. ImamAbdurrahman bin Ajlan
meriwayatkan bahwa Rabi’ bin Khaitsam pernahshalat tahajjud dengan membaca surat
Al Jatsiyah. Ketika sampai padaayat keduapuluh satu, ia menangis. Ayat itu
artinya, " Apakahorang-orang yang membuat kejahatan (dosa) itu menyangka bahwa
Kami akanmenjadikan mereka sama dengan orang-orang yang beriman dan
mengerjakanamal yang saleh, yaitu sama antara kehidupan dan kematian mereka.
Amatburuklah apa yang mereka sangka itu! "
Seluruh jiwa Rabi’ larut dalam
penghayatan ayat itu. Kehidupan dankematian orang berbuat maksiat dengan orang
yang mengerjakan amalshaleh itu tidak sama! Rabi’ terus menangis sesenggukan
dalamshalatnya. Ia mengulang-ngulang ayat itu sampai terbit fajar.
Kesalehan
Rabi’ sering dijadikan teladan. Ibu-ibu dan orang tuasering menjadikan Rabi’
sebagai profil pemuda alim yang harus dicontoholeh anak-anak mereka. Memang
selain ahli ibadah, Rabi’ juga ramah.Wajahnya tenang dan murah senyum kepada
sesama.
Namun tidak semua orang suka dengan Rabi’. Ada sekelompok orangahli
maksiat yang tidak suka dengan kezuhudan Rabi’. Sekelompok orangitu ingin
menghancurkan Rabi’. Mereka ingin mempermalukan Rabi’ dalamlembah kenistaan.
Mereka tidak menempuh jalur kekerasan, tapi dengancara yang halus dan licik. Ada
lagi sekelompok orang yang ingin mengujisampai sejauh mana ketangguhan iman
Rabi’.
Dua kelompok orang itu bersekutu. Mereka menyewa seorang wanitayang
sangat cantik rupanya. Warna kulit dan bentuk tubuhnya mempesona.Mereka
memerintahkan wanita itu untuk menggoda Rabi’ agar bisa jatuhdalam lembah
kenistaan. Jika wanita cantik itu bisa menaklukkan Rabi’,maka ia akan
mendapatkan upah yang sangat tinggi, sampai seribu dirham.Wanita itu begitu
bersemangat dan yakin akan bisa membuat Rabi’ taklukpada pesona
kecantikannya.
Tatkala malam datang, rencana jahat itu benar-benar
dilaksanakan.Wanita itu berdandan sesempurna mungkin. Bulu-bulu matanya
dibuatsedemikian lentiknya. Bibirnya merah basah. Ia memilih pakaian suterayang
terindah dan memakai wewangian yang merangsang. Setelah dirasasiap, ia
mendatangi rumah Rabi’ bin Khaitsam. Ia duduk di depan pinturumah menunggu Rabi’
bin Khaitsam datang dari masjid.
Suasana begitu sepi dan lenggang. Tak lama
kemudian Rabi’ datang.Wanita itu sudah siap dengan tipu dayanya. Mula-mula ia
menutupiwajahnya dan keindahan pakaiannya dengan kain hitam. Ia menyapa Rabi’,
"Assalaamu’alaikum, apakah Anda punya setetes air penawar dahaga?"
"Wa’alaikumussalam. Insya Allah ada. Tunggu sebentar." Jawab Rabi’tenang sambil
membuka pintu rumahnya. Ia lalu bergegas ke belakangmengambil air. Sejurus
kemudian ia telah kembali dengan membawasecangkir air dan memberikannya pada
wanita bercadar hitam.
" Bolehkah aku masuk dan duduk sebentar untuk minum.
Aku takterbiasa minum dengan berdiri." Kata wanita itu sambil memegangcangkir.
Rabi’ agak ragu, namun mempersilahkan juga setelah membukajendela dan pintu
lebar-lebar. Wanita itu lalu duduk dan minum. Usaiminum wanita itu berdiri. Ia
beranjak ke pintu dan menutup pintu.Sambil menyandarkan tubuhnya ke daun pintu
ia membuka cadar dan kainhitam yang menutupi tubuhnya. Ia lalu merayu Rabi’
dengankecantikannya.
Rabi’ bin Khaitsam terkejut, namun itu tak berlangsung
lama. Dengantenang dan suara berwibawa ia berkata kepada wanita itu, "
Wahaisaudari, Allah berfirman, " Sesungguhnya Kami telah menciptakan
manusiadalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ketempat
yang serendah-rendahnya. " Allah yang Maha pemurah telahmenciptakan dirimu dalam
bentuk yang terbaik. Apakah setelah itu kauingin Dia melemparkanmu ke tempat
yang paling rendah dan hina, yaituneraka?!
"Saudariku, seandainya saat ini
Allah menurunkan penyakit kustapadamu. Kulit dan tubuhmu penuh borok busuk.
Kecantikanmu hilang.Orang-orang jijik melihatmu. Apakah kau juga masih berani
bertingkahseperti ini ?!
"Saudariku, seandainya saat ini malaikat maut datang
menjemputmu,apakah kau sudah siap? Apakah kau rela pada dirimu sendiri
menghadapAllah dengan keadaanmu seperti ini? Apa yang akan kau katakan
kepadamalakaikat munkar dan nakir di kubur? Apakah kau yakin kau
bisamempertanggungjawabkan apayang kau lakukan saat ini pada Allah di padang
mahsyar kelak?! "
Suara Rabi’ yang mengalir di relung jiwa yang penuh cahaya
iman itumenembus hati dan nurani wanita itu. Mendengar perkataan Rabi’
mukanyamenjadi pucat pasi. Tubuhnya bergetar hebat. Air matanya meleleh.
Ialangsung memakai kembali kain hitam dan cadarnya. Lalu keluar darirumah Rabi’
dipenuhi rasa takut kepada Allah swt. Perkataan Rabi’ ituterus terngiang di
telinganya dan menggedor dinding batinnya, sampaiakhirnya jatuh pingsan di
tengah jalan. Sejak itu ia bertobat danberubah menjadi wanita ahli ibadah.
Orang-orang yang hendak memfitnah dan mempermalukan Rabi’ kagetmendengar
wanita itu bertobat. Mereka mengatakan, " Malaikat apa yangmenemani Rabi’. Kita
ingin menyeret Rabi’ berbuat maksiat dengan wanitacantik itu, ternyata justru
Rabi’ yang membuat wanita itu bertobat! "
Rasa takut kepada Allah yang
tertancap dalam hati wanita itusedemikian dahsyatnya. Berbulan-bulan ia terus
beribadah dan mengibaampunan dan belas kasih Allah swt. Ia tidak memikirkan
apa-apa kecualinasibnya di akhirat. Ia terus shalat, bertasbih, berzikir dan
puasa.Hingga akhirnya wanita itu wafat dalam keadaan sujud menghadap
kiblat.Tubuhnya kurus kering kerontang seperti batang korma terbakar di
tengahpadang pasir.

Tidak ada komentar: